Semua orang tentu mengerti dan memahami bahwa
kita pada saat ini sedangn hidup di masa sukar. Harga-harga kebutuhan
sehari-hari melonjak seiring dengan naiknya BBM. Harga minyak di pasaran dunia
sudah mencapai lebih dari US $ 130 per barrel. Jumlah rakyat miskin di
Indonesia bukan semakin berkurang tetapi semakin bertambah terus dari hari ke
hari. Hal ini memicu tingkat kriminalitas yang semakin meningkat di pelbagai
daerah dalam keadaan krisis multi dimensi semacam ini, apakah yang ahrus kita
lakukan sebagai anak Tuhan?
Krisis Samaria
Bicara
soal krisis multi-dimensi, P.L. mencatat tentang sebuah krisis yang jauh lebih
parah dari krisis yang sedang terjadi di Negara kita sekarang ini. Kitab 2
Raja-Raja 6:24-29 mencatat tentang krisis multi dimensi yang sangat dahsyat
ketika kota Samaria (ibu kota Isrel Utara) dikepung raja Benhadad dari Aram.
Sembako
bukan lagi teramat sangat mahal, tetapi tidak ada barangnya, sampai-sampai
rakyat memakan kepala keledai dan kotorang merpati!
Bukan
itu saja, krisis moral yang sangat parah juga terjadi di Samaria. Hal ini
dibuktikan dari kisah tentang dua ibu yang saling janji untuk menyembelih anak
kandungnya guna dijadikan pengisi perut. Dengan teganya ibu yang pertama
membunuh anaknya untuk dijadikan makanan, namun ketika tiba giliran ibu yang ke
dua, ia ingkar janji sehingga keduanya bertengkar.
Kisah
tentang krisis Samaria ini berakhir dengan happy-end melalui pernyataan kuasa
Tuhan yang luar biasa dimana akhirnya harga sembako jadi teramat sangat murah
(padahal kemarin sembako sudah lenyap di pasaran).
Ada lima prinsip
rohani yang perlu kita pegang dan praktekkan di masa yang sukar seperti
sekarang ini.
Dimasa krisis jangan mencari kambing hitam
Ketika
berhadapan dengan krisis multi demensi, raja Yoram mencari kambing hitam. Ia
menyalah-nyalahkan Tuhan. Karena Tuhan ada di sorga tidak bisa dilihat, maka
raja Yoram mengarahkan kemarahannya kepada nabi Elisa, itulah sebabnya Yoram
pergi hendak membunuh nabi Elisa (2Raja-raja 6:31-33). Naluri alamiah manusia
yang sudah jatuh dosa memang “mencari kambing hitam”. Contoh – pada waktu
ekonomi Jerman tahun 30-an amat terpuruk, Hitler mengkambing hitamkan orang
Yahudi.
Alkitab
menyatakan bahwa masa sukar tidak bisa tidak harus terjadi sebagai bagian dari
tanda akhir zaman (2 Timotius 3:1-5). Akibat dosa yang semakin memuncak,
timbullah pelbagai krisis multi dimensi di muka bumi ini. Mencari siapa kambing
hitamnya sama sekali tidak akan memecahkan masalah, malah menambah masalah
saja. Jadi, jangan cari kambing hitam!
Di masa krisis pertahankan iman
Dalam
2 Raja-raja 7 : 1-2 kita membaca bagaimana ajudan raja Yoram sama sekali tidak
percaya terhadap nubuat nabi Elisa yang menyatakan besok harga sembako akan
jadi sangat murah. Dengan penuh ketidakpercayaan, ajudan raja ini mengejek nabi
Elisa. Dari dua ayat ini kita mendapatkan sebuah pelajaran penting: Dalam
keadaan krisis multi dimensi, iman harus dipertahankan dan ditumbuhkan, sebab
hal inilah yang merupakan pegangan yang kuat untuk mengatasi krisis.
Tanpa iman (seperti yang terjadi
pada diri ajudan raja Yoram), orang akan sulit sekali mengatasi krisis multi
dimensi. Kita mendengar dan membaca pelbagai kisah pilu di tanah air mengenai:
Ibu yang meracuni anak-anaknya lalu ia sendiri minum racun karena tekanan
ekonomi. Kita juga membaca tentang seorang anak SMP yang gantung diri karena
malu tidak bisa bayar uang sekolah. Semuanya itu terjadi karena mereka tidak
mempunyai bekal iman di masa krisis.
Dimasa krisis lakukanlah sesuatu
Di luar gerbang Samaria ada 4 orang
kusta yang menghadapi dilemma pelik. Kalau diam saja mereka mati kelaparan,
sebab di dalam kota Samaria juga ada kelaparan hebat. Jadi, jangan diam melulu,
pergi ke kemah orang Aram, dengan dua kemungkinan: mati atau dibelas kasihani.
Ternyata empat orang kusta ini dipakai Tuhan untuk membawa berita kelepasan dan
kemenangan yang luar biasa (2 Raja-raja 7:3dst).
Pelajaran
penting yang dapat kita petik dari empat orang kusta ini adalah: dimasa krisis,
jangan diam saja, do something! Perhatikan 2 Raja-raja 7:3 – Mengapa kita duduk-duduk di sini sampai
mati? Ini bukan kata-kata biasa! Ini kata-kata yang menunjukkan adanya “fighting-spirit” yang mantap. Coba
bedakan dua kalimat yang hamper sama namun amat beda artinya:
Ø Biarlah kita duduk diam di sini
sampai mati – konotasinya negative
Ø Mengapa kita duduk diam saja disini
sampai mati? – konotasinya positif, artinya:
§ Jangan mati sebelum berjuang
habis-habisan
§ Lebih baik berusaha dari pada
berdiam diri saja
Ada dau pilihan di masa krisis, manakah yang
kita pilih?? Duduk diam saja , atau do
something??
Di masa krisis tetaplah menabur
Ketika
empat orang kusta itu sampai di perkemahan tentara Aram, mereka melihat tempat
logistiknya yang sangat banyak. Dalam tempo sekejap, nasib mereka berubah: Dari
papa menjadi kaya raya! Namun dalam 2 Raja-raja 7:9 mereka menunjukkan sikap
positif : Mereka tidak mau kelimpahan itu hanya dinikmati sendiri, tetapi
mereka membaginya juga bagi seluruh penduduk Samaria!
Empat
orng kusta ini tidak egois dalam arti menikmati berkat untuk diri sendiri saja.
Tetapi banyak orang pada di waktu krisis menampakkan wajah egoisnya dengan
tidak mau member dan berbagi dengan orang lain padahal semua yang diberikan itu
merupakan “benih” yang akan Tuhan tumbuhkan pada waktunya. Kalau tidak ada
benih yang ditanam, bagaimana akan menuai?? Contoh jelas menabur dimasa krisis
dapat kit abaca dalam kisah janda Sarafat dan nabi Elisa (1 Raja-raja
17:13-16). Pada waktu janda ini memberikan dalam bentuk roti kecil, ia menabur
benih yang kemudian jadi panen besar dalam bentuk tepung & minyak yang
tidak habis-habis.
Di masa krisis jangan batasi kuasa Tuhan
Lihat
2 Raja-raja 7 : 17-22 ajudan raja Yoram mati diinjak-injak rakyat yang jadi
liar dan sukar dikendalikan karena kelaparan. Pertanyaannya: Apa dosa ajudan
raja ini? Ia tidak membunuh, juga tidak mencuri dan berzinah. Dosanya hanya
satu : membatasi kuasa Allah! Di masa krisis, jangan sekali-kali kita membatasi
kuasa Allah, sebab Ia punya 1001 macam cara untuk menolong & memberkati
umatnya!
Dalam bahasa mandarin, krisis
adalah Wei-ji yang terdiri dari dua kata yaitu wei = bahaya dan Ji = kesempatan.
Dipisah dua kata ini memiliki arti yang sangat berbeda tetapi apabila disatukan
artinya menjadi lain: dalam bahaya ada kesempatan. Kesempatan apa? Kesempatan
Tuhan menyatakan kuasaNya yang tak terbatas. Di masa krisis seperti sekarang
ini, tetap peliharalah iman, pengharapan dan kasih (1 Korintus 13:13) yang
menjadi chanel turunnya berkat & pertolongan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar